BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
Agama memberikan
penjelasan bahwa manusia adalah mahluk yang memilki potensi untuk berahlak baik
(takwa) atau buruk (fujur) potensi fujur akan senantiasa eksis dalam diri manusia
karena terkait dengan aspek instink, naluriah, atau hawa nafsu, seperti naluri
makan/minum, seks, berkuasa dan rasa aman. Apabila potentsi takwa seseorang
lemah, karena tidak terkembangkan (melalui pendidikan), maka prilaku manusia
dalam hidupnya tidak akan berbeda dengan hewan karena didominasi oleh potensi
fujurnya yang bersifat instinktif atau implusif (seperti berjinah, membunuh,
mencuri, minum-minuman keras, atau menggunakan narkoba dan main judi).
Agar hawa nafsu itu terkendalikan (dalam arti pemenuhannya
sesuai dengan ajaran agama), maka potensi takwa itu harus dikembangkan, yaitu
melalui pendidikan agama dari sejak usia dini. Apabila nilai-nilai agama telah
terinternalisasi dalam diri seseorang maka dia akan mampu mengembangkan dirinya
sebagai manusia yang bertakwa, yang salah satu karakteristiknya adalah mampu
mengendalikan diri (self contor) dari pemuasan hawa nafsu yang tidak sesuai
dengan ajaran agama.
1.2.Rumusan Masalah
1.Apa Definisi Agama dan Manusia?
2.Apa unsur dan Pokok Agama?
3.Apa Hakekat manusia terhadap agama?
4.Apa Hubungan Manusia dengan Agama?
5.Apa pengertian Falsafah Agama?
1.3.Tujuan dan Manfaat
Tujuan Pembuatan dari makalah ini adalah:
1)
Membantu Mahasiswa mengetahui hubungan manusia
dan agama
2)
Memahami unsur dan Pokok Agama
3)
Mengetahui definisi agama dan hakekat
Agama
Manfaat:
1) Memberikan Mahasiswa pengetahuan baru
2) Memperbaiki nilai pelajaran Agama Umum dan Agama Islam
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN
AGAMA
Agama adalah sebuah
koleksi terorganisir dari kepercayaan, sistem budaya, dan pandangan dunia yang
menghubungkan manusia dengan tatanan/perintah dari kehidupan.
Agama menurut bahasa
sangsakerta, agama berarti tidak kacau (a = tidak gama = kacau) dengan kata lain,
agama merupakan tuntunan hidup yang dapat membebaskan manusia dari kekacauan.
Didunia barat terdapat suatu istilah umum untuk pengertian agama ini, yaitu :
religi, religie, religion, yang berarti melakukan suatu perbuatan dengan penuh
penderitaan atau mati-matian, perbuatan ini berupa usaha atau sejenis
peribadatan yang dilakukan berulang-ulang. Istilah lain bagi agama ini yang
berasal dari bahasa arab, yaitu addiin yang berarti : hukum, perhitungan,
kerajaan, kekuasaan, tuntutan, keputusan, dan pembalasan.
Kesemuanya itu
memberikan gambaran bahwa “addiin” merupakan pengabdian dan penyerahan, mutlak
dari seorang hamba kepada Tuhan penciptanya dengan upacara dan tingkah laku
tertentu, sebagai manifestasi ketaatan tersebut (Moh. Syafaat, 1965). Dari sudut
sosiologi, Emile Durkheim (Ali Syari’ati, 1985 : 81) mengartikan agama sebagai
suatu kumpulan keayakinan warisan nenek moyang dan perasaan-perasaan pribadi,
suatu peniruan terhadap modus-modus, ritual-ritual, aturan-aturan,
konvensi-konvensi dan praktek-praktek secara sosial telah mantap selama
genarasi demi generasi. Sedangkan menurut M. Natsir agama merupakan suatu
kepercayaan dan cara hidup yang mengandung faktor-faktor antara lain :
a. Percaya kepada Tuhan sebagai
sumber dari segala hukum dan nilai-nilai hidup.
b. Percaya kepada wahyu Tuhan
yang disampaikan kepada rosulnya.
c. Percaya dengan adanya
hubungan antara Tuhan dengan manusia.
d. Percaya dengan hubungan ini
dapat mempengaruhi hidupnya sehari-hari.
e. Percaya bahwa dengan matinya
seseorang, hidup rohnya tidak berakhir.
f. Percaya dengan ibadat
sebagai cara mengadakan hubungan dengan Tuhan.
g. Percaya kepada keridhoan
Tuhan sebagai tujuan hidup di dunia ini.
B. PENGERTIAN AGAMA ISLAM
Agama Islam adalah agama yang sesuai dengan fitrah manusia, baik dalam hal ‘aqidah,
syari’at, ibadah, muamalah dan lainnya. Allah Allah Azza wa Jalla menyuruh
manusia untuk menghadap dan masuk ke agama fitrah. Allah Allah Azza wa Jalla
berfirman. ““Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam);
(sesuai) fitrah Allah yang Dia telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu.
Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui”.
Islam (bahasa Arab,
al-isl?m) “berserah diri kepada Tuhan”) adalah agama yang mengimani satu Tuhan,
yaitu Allah. Agama ini termasuk agama samawi (agama-agama yang dipercaya oleh
para pengikutnya diturunkan dari langit) dan termasuk dalam golongan agama
Ibrahim. Dengan lebih dari satu seperempat milyar orang pengikut di seluruh dunia [1][2], menjadikan Islam sebagai agama terbesar kedua di dunia. Pengikut ajaran Islam dikenal dengan sebutan Muslim, adapun lebih lengkapnya adalah Muslimin bagi laki-laki dan Muslimat bagi perempuan.
C. Pengertian
Manusia Menurut Para Ahli
- OMAR MOHAMMAD AL-TOUMY AL-SYAIBANY
Manusia adalah mahluk yang paling mulia, manusia adalah mahluk yang berfikir, dan manusia adalah mahluk yang memiliki 3 dimensi (badan, akal, dan ruh), manusia dalam pertumbuhannya dipengaruhi faktor keturunan dan lingkungan. - ERBE SENTANU
Manusia adalah mahluk sebaik-baiknya ciptaan-Nya. Bahkan bisa dibilang manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling sempurna dibandingkan dengan mahluk yang lain. - PAULA J. C & JANET W. K
Manusia adalah mahluk terbuka, bebas memilih makna dalam situasi, mengemban tanggung jawab atas keputusan yang hidup secara kontinu serta turut menyusun pola berhubungan dan unggul multidimensi dengan berbagai kemungkinan.
D.PENGERTIAN
MANUSIA SECARA UMUM
pengertian manusia secara umum adalah
manusia sebagai makhluk pribadi dan makhluk sosil. Karena bukan hanya diri
sendiri saja tetapi manusia perlu bantuan dari orang lain. Maka sebab itu
manusia adalah makhluk pribadi sekaligus makhluk sosial.
E.UNSUR dan Pokok Agama
Berberapa Unsur
Pokok Agama:
- Sistem Credo (keyakinan) yaitu
tata keimanan atau keyakinan (adanya suatu yang mutlak di luar manusia
yang dapat mengatur alam)
- Sistem ritus (peribadatan)
yaitu tingkah laku manusisa dalam hubungan dengan kekuatan supranatural,
sebagai konsekuensi atas pengakuannya
- Sistem norma (tata kaidah)
yaitu mengatur hubungan manusia antara manusia Allah Swt dan alam
Beberapa
unsur pokok yang menjadi cerminan seluruh isi Al Quran terdapat didalam surat
Al-Fatihah, yaitu :
1. Keimanan:
Pada ayat ke-2 surat Al-fatihah mengandung makna beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, dimana dinyatakan dengan tegas bahwa segala puji-pujian dan ucapan syukur atas suatu nikmat itu dutujukan hanya kepada Allah, karena Allah adalah Pencipta dan sumber segala nikmat yang terdapat di alam ini. Diantara nikmat itu ialah : nikmat menciptakan, nikmat mendidik dan menumbuhkan, sebab kata Rab dalam kalimat "....Rabbil-'aalamiin" tidak hanya berarti Tuhan atau Penguasa, tetapi juga mengandung arti tarbiyah yaitu mendidik dan menumbuhkan. Hal ini menunjukkan bahwa segala nikmat yang dilihat oleh seseorang dalam dirinya sendiri dan dalam segala alam ini bersumber dari Allah, karena Tuhan-lah Yang Maha Berkuasa di alam ini. Pendidikan, penjagaan dan Penumbuahn oleh Allah di alam ini haruslah diperhatikan dan dipikirkan oleh manusia sedalam-dalamnya, sehingga menjadi sumber pelbagai macam ilmu pengetahuan yang dapat menambah keyakinan manusia kepada keagungan dan kemuliaan Allah, serta berguna bagi masyarakat. Oleh karena keimanan (ketauhidan) itu merupakan masalah yang pokok, maka didalam surat Al Faatihah tidak cukup dinyatakan dengan isyarat saja, tetapi ditegaskan dan dilengkapi oleh ayat 5, yaitu : Iyyaaka na'budu wa iyyaka nasta'iin (hanya Engkau-lah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkau-lah kami mohon pertolongan). Janji memberi pahala terhadap perbuatan yang baik dan ancaman terhadap perbuatan yang buruk.
Pada ayat ke-2 surat Al-fatihah mengandung makna beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, dimana dinyatakan dengan tegas bahwa segala puji-pujian dan ucapan syukur atas suatu nikmat itu dutujukan hanya kepada Allah, karena Allah adalah Pencipta dan sumber segala nikmat yang terdapat di alam ini. Diantara nikmat itu ialah : nikmat menciptakan, nikmat mendidik dan menumbuhkan, sebab kata Rab dalam kalimat "....Rabbil-'aalamiin" tidak hanya berarti Tuhan atau Penguasa, tetapi juga mengandung arti tarbiyah yaitu mendidik dan menumbuhkan. Hal ini menunjukkan bahwa segala nikmat yang dilihat oleh seseorang dalam dirinya sendiri dan dalam segala alam ini bersumber dari Allah, karena Tuhan-lah Yang Maha Berkuasa di alam ini. Pendidikan, penjagaan dan Penumbuahn oleh Allah di alam ini haruslah diperhatikan dan dipikirkan oleh manusia sedalam-dalamnya, sehingga menjadi sumber pelbagai macam ilmu pengetahuan yang dapat menambah keyakinan manusia kepada keagungan dan kemuliaan Allah, serta berguna bagi masyarakat. Oleh karena keimanan (ketauhidan) itu merupakan masalah yang pokok, maka didalam surat Al Faatihah tidak cukup dinyatakan dengan isyarat saja, tetapi ditegaskan dan dilengkapi oleh ayat 5, yaitu : Iyyaaka na'budu wa iyyaka nasta'iin (hanya Engkau-lah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkau-lah kami mohon pertolongan). Janji memberi pahala terhadap perbuatan yang baik dan ancaman terhadap perbuatan yang buruk.
F.HAKEKAT MANUSIA
Arti Hakekat Manusia
Menurut bahasa, hakikat berarti kebenaran atau sesuatu
yang sebenar-benarnya atau asal segala sesuatu. Dapat juga dikatakan hakikat
itu adalah inti dari segala sesuatu atau yang menjadi jiwa sesuatu. Dikalangan
tasawuf orang mencari hakikat diri manusia yang sebenarnya, karena itu muncul
kata-kata diri mencari sebenar-benar diri. Sama dengan pengertian itu mencari
hakikat jasad, hati, roh, nyawa, dan rahasia.
Manusia adalah makhluk paling sempurna yang pernah diciptakan oleh Allah
swt. Kesempurnaan yang dimiliki manusia merupakan suatu konsekuensi fungsi dan
tugas mereka sebagai khalifah di muka dumi ini. Al-Quran menerangkan bahwa
manusia berasal dari tanah.
Jadi hakekat manusia adalah kebenaran atas
diri manusia itu sendiri sebagai makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT.[1]
. Hakekat Manusia Menurut Pandangan Islam
Manusia perlu mengenali
hakekat dirinya, agar akal yang digunakannya untuk menguasai alam dan jagad
raya yang maha luas dikendalikan oleh iman, sehingga mampu mengenali ke-Maha
Pekasaan Allah dalam mencipta dan mengendalikan kehidupan ciptaanNya. Dalam
memahami ayat-ayat Allah dalam kesadaran akan hakekat dirinya, manusia menjadi
mampu memberi arti dan makna hidupnya, yang harus diisi dengan patuh dan taat
pada perintah-perintah dan berusaha menjauhi larangan-larangan Allah. Berikut adalah hakekat manusia
menurut pandangan Islam:
1. Manusia adalah
Makhluk Ciptaan Allah SWT.
Hakekat pertama ini
berlaku umum bagi seluruh jagat raya dan isinya yang bersifat baru, sebagai
ciptaan Allah SWT di luar alam yang disebut akhirat. Alam ciptaan meupakan alam
nyata yang konkrit, sedang alam akhirat merupakan ciptaan yang ghaib, kecuali
Allah SWT yang bersifat ghaib bukan ciptaan, yang ada karena adanya sendiri.
Hakikat
pertama ini berlaku pada umumnya manusia di seluruh jagad raya sebagai ciptaan
Allah diluar alam yang disebut akhirat. Alam ciptaan merupakan alam nyata yang
konkrit sedangkan alam akhirat merupakan ciptaan yang ghaib kecuali Allah yang
bersifat ghaib bukan ciptaan yang ada karena dirinya sendiri.
2. Kemandirian dan Kebersamaan
(Individualitas dan Sosialita).
Kemanunggalan tubuh dan jiwa yang
diciptakan Allah SWT , merupakan satu diri individu yang berbeda dengan yang
lain. setiap manusia dari individu memiliki jati diri masing - masing. Jati
diri tersebut merupakan aspek dari fisik dan psikis di dalam kesatuan. Setiap
individu mengalami perkembangan dan berusah untuk mengenali jati dirinya
sehingga mereka menyadari bahwa jati diri mereka berbeda dengan yang lain
Di dalam sabda Rasulullah SAW
menjelaskan petunjuk tentang cara mewujudkan sosialitas yang diridhoiNya,
diantara hadist tersebut mengatakan:
“Seorang dari kamu tidak beriman sebelum
mencintai kawannya seperti mencintai dirinya sendiri” (Diriwayatkan oleh
Bukhari)
“Senyummu kepada kawan adalah
sedekah” (Diriwayatkan oleh Ibnu
Hibban dan Baihaqi)
Kebersamaan
(sosialitas) hanya akan terwujud jika dalam keterhubungan itu manusia mampu
saling menempatkan sebagai subyek, untuk memungkinkannya menjalin hubungan
manusiawi yang efektif, sebagai hubungan yang disukai dan diridhai Allah SWT.[6] Selain itu manusia merupakan suatu kaum (masyarakat) dalam menjalani
hidup bersama dan berhadapan dengan kaum (masyarakat) yang lain. Manusia dalam
perspektif agama Islam juga harus menyadari bahwa pemeluk agama Islam adalah
bersaudara satu dengan yang lain.[7]
3.Manusia Merupakan Makhluk yang Terbatas.
Manusia memiliki kebebasan
dalam mewujudkan diri (self realization), baik sebagai satu diri (individu)
maupun sebagai makhluk social, terrnyata tidak dapat melepaskan diri dari
berbagai keterikatan yang membatasinya. Keterikatan atau keterbatasan itu
merupakan hakikat manusia yang melekat dan dibawa sejak manusia diciptakan
Allah SWT. Keterbatasan itu berbentuk tuntutan memikul tanggung jawab yang
lebih berat daripada makhluk-makhluk lainnya. Tanggung jawab yang paling asasi
sudah dipikulkan ke pundak manusia pada saat berada dalam proses penciptaan
setiap anak cucu Adam berupa janji atau kesaksian akan menjalani hidup di dalam
fitrah beragama tauhid.
Kesaksian
tersebut merupakan sumpah yang mengikat atau membatasi manusia sebagai individu
bahwa didalam kehidupannya tidak akan menyembah selain Allah SWT. Bersaksi akan
menjadi manusia yang bertaqwa pada Allah SWT. Manusia tidak bebas menyembah
sesuatu selain Allah SWT, yang sebagai perbuatan syirik dan kufur hanya akan
mengantarkannya menjadi makhluk yang terkutuk dan dimurkaiNya.[8]
Hubungan Agama Dan
Manusia
Kondisi umat islam dewasa
ini semakin diperparah dengan merebaknya fenomena kehidupan yang dapat
menumbuhkembangkan sikap dan prilaku yang a moral atau degradasi nilai-nilai
keimanannya. Fenomena yang cukup berpengaruh itu adalah :
1. Tayangan
media televisi tentang cerita yang bersifat tahayul atau kemusrikan, dan
film-film yang berbau porno.
2. Majalah
atau tabloid yang covernya menampilkan para model yang mengubar aurat.
3. Krisis
ketauladanan dari para pemimpin, karena tidak sedikit dari mereka itu justru
berprilaku yang menyimpang dari nilai-nilai agama.
4. Krisis
silaturahmi antara umat islam, mereka masih cenderung mengedepankan kepentingan
kelompoknya (partai atau organisasi) masing-masing.
Sosok pribadi orang
islam seperti di atas sudah barang tentu tidak menguntungkan bagi umat itu
sendiri, terutama bagi kemulaian agama islam sebagai agama yang mulia dan tidak
ada yang lebih mulia di atasnya. Kondisi umat islam seperti inilah yang akan
menghambat kenajuan umat islam dan bahkan dapat memporakporandakan ikatan ukuwah
umat islam itu sendiri. Agar umat islam bisa bangkit menjadi umat yang mampu
menwujudkan misi “Rahmatan lil’alamin” maka seyogyanya mereka memiliki
pemahaman secara utuh (Khafah) tentang islam itu sendiri umat islam tidak hanya
memiliki kekuatan dalam bidang imtaq (iman dan takwa) tetapi juga dalam bidang
iptek (ilmu dan teknologi).
Mereka diharapkan
mampu mengintegrasikan antara pengamalan ibadah ritual dengan makna esensial
ibadah itu sendiri yang dimanifestasikan dalam kehidupan sehari-hari, seperti :
pengendalian diri, sabar, amanah, jujur, sikap altruis, sikap toleran dan
saling menghormatai tidak suka menyakiti atau menghujat orang lain. Dapat juga
dikatakan bahwa umat islam harus mampu menyatu padukan antara mila-nilai ibadah
mahdlah (hablumminalaah) dengan ibadag ghair mahdlah (hamlumminanas) dalam
rangka membangun “Baldatun thaibatun warabun ghafur” Negara yang subur makmur
dan penuh pengampunan Allah SWT.
Agama sangat penting
dalam kehidupan manusia antara lain karena agama merupakan : a. sumber moral,
b. petunjuk kebenaran, c. sumber informasi tentang masalah metafisika, dan d.
bimbingan rohani bagi manusia, baik di kala suka maupun duka.
a. Agama
Sumber moral
Dapat disimpulkan, bahwa pentingnya
agama dalam kehidupan disebabkan oleh sangat diperlukannya moral oleh manusia,
padahal moral bersumber dari agama. Agama menjadi sumber moral, karena agama
mengajarkan iman kepada Tuhan dan kehidupan akhirat, serta karena adanya
perintah dan larangan dalam agama.
b. Agama
Petunjuk Kebenaran
Sekarang bagaimana manusia mesti
mencapai kebenaran? Sebagai jawaban atas pertanyaan ini Allah SWT telah
mengutus para Nabi dan Rasul di berbagai masa dan tempat, sejak Nabi pertama
yaitu Adam sampai dengan Nabi terakhir yaitu Nabi Muhammad SAW. Para nabi dan
Rasul ini diberi wahyu atau agama untuk disampaikan kepada manusia. Wahyu atau
agama inilah agama Islam, dan ini pula sesungguhnya kebenaran yang dicari-cari
oleh manusia sejak dulu kala, yaitu kebenaran yang mutlak dan universal. Dapat
disimpulkan, bahwa agama sangat penting dalam kehidupan karena kebenaran yang
gagal dicari-carioleh manusia sejak dulu kala dengan ilmu dan filsafatnya,
ternyata apa yang dicarinya itu terdapat dalam agama. Agama adalah petunjuk
kebenaran. Bahkan agama itulah kebenaran, yaitu kebenaran yang mutlak dan
universal.
c. Agama
Sumber Informasi Metafisika
Sesungguhnya persoalan metafisika sudah
masuk wilayah agama tau iman, dan hanya Allah saja yang mengetahuinya. Dan
Allah Yang Maha Mengetahui perkara yang gaib ini dalam batas-batas yang
dianggap perlu telah menerangkan perkara yang gaib tersebut melalui wahyu atau
agama-Nya. Dengan demikian agama adalah sumber infromasi tentang metafisika,
dan karena itu pula hanya dengan agama manusia dapat mengetahui persoalan
metafisika. Dengan agamalah dapat diketahui hal-hal yang berkaitan dengan alam
barzah, alam akhirat, surga dan neraka, Tuhan dan sifat-sifat-Nya, dan hal-hal
gaib lainnya. Dapat disimpulkan bahwa agama sangat penting bagi manusia (dan
karena itu sangat dibutuhkan), karena manusia dengan akal, dengan ilmu atau
filsafatnya tidak sanggup menyingkap rahasia metafisika. Hal itu hanya dapat
diketahui dengan agama, sebab agama adalah sumber informasi tentang metafisika.
d. Agama
pembimbing rohani bagi manusia
Dengan sabdanya ini Nabi mengajarkan,
hendaknya orang beriman bersyukur kepada Allah pada waktu memperoleh sesuatu
yang menggembirakan dan tabah atau sabar pada waktu ditimpa sesuatu yang
menyedihkan. Bersyukur di kala sukadan sabar di kala duka inilah sikap mental
yang hendaknya selalu dimiliki oleh orang beriman. Dengan begitu hidup orang
beriman selalu stabil, tidak ada goncangan-goncangan, bahkan tenteram dan
bahagia, inilah hal yang menakjubkan dari orang beriman seperti yang dikatakan
oleh Nabi. Keadaan hidup seluruhnya serba baik.Bagaiman tidak serba baik, kalau
di kala suka orang beriman itu bersyukur, padahal “ Jika engkau bersyukur akan
Aku tambahi” , kata Allah sendiri berjanji (Ibrahim ayat 7). Sebaliknya, orang
beriman tabah atau sabar di kala duka, padahal dengan tabah di kala duka ia
memperoleh berbagai keutamaan, seperti pengampunan dari dosa-dosanya(H.R
Bukhari dan Muslim), atau bahkan mendapat surga (H.R Bukhari), dan sebagainya.
Bahkan ada pula keuntungan lain sebagai akibat dari kepatuhan menjalankan
agama, seperti yang dikatakan oleh seorang psikiater, Dr. A.A. Brill, “Setiap
orang yang betul-betul menjalankan agama, tidak bisa terkena penyakit syaraf.
Yaitu penyakit karena gelisah rsau yang terus-menerus.
G.FILSAFAH AGAMA
Filsafat
agama adalah filsafat yang membuat agama menjadi obyek pemikirannya.
Dalam hal
ini, filsafat agama dibedakan dari beberapa ilmu yang juga mempelajari agama,
seperti antropologi budaya, sosiologi agama dan psikologi agama. Kekhasan
ilmu-ilmu itu adalah bahwa mereka bersifat deskriptif.
Antropologi
budaya meneliti pola kehidupan sebuah masyarakat dan kerangka spiritual hidup.
Dalam rangka itu, bentuk-bentuk penghayatan agama dalam masyarakat itu
diteliti. Antropologi mengamati dan berusaha ikut menghayati bagaimana
masyarakat yang diteliti menghayati Yang ilahi. Antropologi adalah ilmu
deskiptif. la tidak menilai apakah penghayatan itu baik atau buruk dan tidak
berusaha untuk mengubah penghayatan itu, melainkan berusaha untuk memahami apa
yang merupakan kenyataan keagamaan dalam masyaraka
BAB III
KESIMPULAN
Agama adalah sebuah koleksi
terorganisir dari kepercayaan, sistem budaya, dan pandangan dunia yang
menghubungkan manusia dengan tatanan/perintah dari kehidupan.Sedangkan Agama Islam adalah agama yang sesuai dengan fitrah manusia, baik
dalam hal ‘aqidah, syari’at, ibadah, muamalah dan lainnya. Allah Allah Azza wa
Jalla menyuruh manusia untuk menghadap dan masuk ke agama fitrah. Allah Allah
Azza wa Jalla berfirman. ““Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam); (sesuai) fitrah
Allah yang Dia telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada
perubahan pada ciptaan Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan
manusia tidak mengetahui”. pengertian manusia
secara umum adalah manusia sebagai makhluk pribadi dan makhluk sosil. Karena
bukan hanya diri sendiri saja tetapi manusia perlu bantuan dari orang lain.
Maka sebab itu manusia adalah makhluk pribadi sekaligus makhluk sosial. Manusia adalah makhluk paling
sempurna yang pernah diciptakan oleh Allah swt. Kesempurnaan yang dimiliki
manusia merupakan suatu konsekuensi fungsi dan tugas mereka sebagai khalifah di
muka dumi ini. Al-Quran menerangkan bahwa manusia berasal dari tanah.
Jadi hakekat manusia adalah kebenaran atas
diri manusia itu sendiri sebagai makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT. Agama sangat penting dalam kehidupan manusia antara
lain karena agama merupakan : a. sumber moral, b. petunjuk kebenaran, c. sumber
informasi tentang masalah metafisika, dan d. bimbingan rohani bagi manusia,
baik di kala suka maupun duka.
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Ahmad,. Ilmu Akhlak, Bulan
Bintang, Jakarta. 1968
Ahmad Norma (ed.). 1997. Hakikat
Manusia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hadari Nawawi. 1993. Hakekat
Manusia Menurut Islam. Surabaya: Al-Ikhlas.
https://abdulaziz96.wordpress.com/2015/03/
https://febry23.wordpress.com/2010/11/23/pengertian-manusia/17/pengertian-manusia/
0 comments:
Post a Comment