PENGEMBANGAN
PROSES PEMBELAJARAN BAHASA DI KELAS RENDAH
A. PENGEMBANGAN PROSES
PEMBELAJARAN BAHASA DI KELAS RENDAH
1. PENDEKATAN TEMATIK
Pendekatan adalah
konsep dasar yang melingkupi metode dengan cakupan teoritis tertentu. Metode
merupakan jabaran dari pendekatan. Satu pendekatan dapat dijabarkan ke dalam
berbagai metode. Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran
bahasa di kelas rendah adalah pendekatan tematik. Pembelajaran tematik
merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran
untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa. Keterpaduan dalam
pembelajaran ini dapat dilihat dari aspek proses atau waktu, aspek kurikulum,
dan aspek belajar mengajar. Pembelajaran tematik hanya diajarkan pada siswa
sekolah dasar kelas rendah (1—3), karena pada umumnya mereka melihat segala
sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik), perkembangan fisiknya tidak pernah
dipisahkan dengan perkembangan mental, sosial, dan emosional.
2. METODE SAS (
Struktural Analitik Sintetik)
Metode adalah
cara-cara mengajar yang telah disusun berdasarkan prinsip dan sistem tertentu
(Basennang, 1989:45). Hakikat metode pengajaran bahasa berdasarkan pendapat
Basennang sesungguhnya tidak lain adalah persoalan pemilihan bahan yang akan
diajarkan, penentuan cara-cara penyajiannya, dan cara mengevaluasinya.
Orientasi pada tujuan pengajaran yang ingin dicapai. Cara mengajar guru sangat
berpengaruh kepada cara belajar siswa. Bila guru mengajar hanya dengan metode
ceramah maka dapat diduga siswa belajar secara pasif dan hasilnya pun berupa
pemahaman materi bersifat teoritis. Belajar melalui pengalaman semakin jauh
dari kenyataan. Untuk mengatasi hal itu maka setiap guru, juga guru bahasa
Indonesia, di SD harus mengenal, memahami, menghayati, dan dapat mempraktikkan
berbagai metode pengajaran bahasa.
Metode pembelajaran
bahasa yang cocok untuk kelas rendah antara lain metode SAS. Metode SAS (
struktural analitik sintetik) bersumber pada ilmu jiwa gestalt yang
berpandangan bahwa pengamatan/penglihatan pertama setiap manusia adalah global
atau bersifat menyeluruh. Dengan demikian segala sesuatu yang akan diajarkan
kepada murid haruslah mulai ditunjukkan atau diperkenalkan struktur
totalitasnya atau secara global. Setelah itu baru mencari atau menemukan bagianbagian
dari struktur global tersebut, ini yang disebut tahap analisnya. Setelah
mengenal bagian serta fungsinya orang dewasa atau siswa akan mengembalikan
bagian-bagian itu menjadi struktur totalitas seperti pada awalnya, yang disebut
tahap sintesa. Metode ini banyak digunakan dalam metode pembelajaran membaca
permulaan, tetapi sesungguhnya dapat dipergunakan dalam setiap aspek
pembelajaran bahasa, sepert: pembelajaran kosa kata, kalimat, wacana bahkan
dalam apresiasi sastra. Selain itu metode ini banyak pula dipakai dalam
pembelajaran mata pelajaran lain.
3. TEKNIK
Berikut ini sejumlah
teknik pengajaran kebahasaan. Setiap teknik akan diberi penjelasan dan contoh
penerapannya dalam bentuk kegiatan guru dan siswa dalam kelas. Teknik
pengajaran kebahasaan yang dimaksud, antara lain:
a. Teknik Melengkapi
Kalimat
Ada beberapa cara yang digunakan dalam
melengkapi kalimat. Pertama menyempurnakan afiksasi pada kata yang belum
sempurna bentuknya, misalnya awalan, sisipan, akhiran, atau awalan dan sisipan.
Kedua mengalihkan kelas kata, misalnya dari kata benda menjadi kata sifat.
Ketiga menjadikan kata dasar menjadi kata ulang. Keempat menggantikan kata
kepunyaan dengan bentuk –ku, -mu, -nya.
b. Teknik Menjawab
Pertanyaan
Tanya jawab atau menjawab pertanyaan
adalah salah satu cara untuk memancing siswa berekspresi. Ekspresi atau jawab
siswa dalam kalimat sempurna sangat efektif dalam melatih siswa menyusun
kalimat. Secara tidak sadar mereka diarahkan menyusun kalimat yang baik dan
benar.
B. PENGEMBANGAN PROSES
PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BAHASA DI KELAS RENDAH
1. PENDEKATAN KONTEKSTUAL
Pendekatan kontekstual
(Contextual Teaching and Learning atau CTL) merupakan konsep belajar yang
membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia
nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga
dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna
bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa
bekerja dan mengalamai, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi
pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil. Dalam konteks itu, siswa perlu
mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, dalam status apa mereka, dan
begaimana mencapainya. Mereka sadar bahwa yang mereka pelajari berguna bagi
hidupnya nanti. Dengan begitu mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang
memerlukan suatu bekal untuk hidupnya nanti.
2. METODE ALAMIAH
(CUSTOMARY METHOD)
Metode ini banyak
memiliki nama, yaitu metode murni, metode natural atau “customary method”.
Metode ini memiliki prinsip bahwa mengajar bahasa baru (seperti bahasa kedua)
harus sesuai dengan kebiasaan belajar berbahasa yang sesungguhnya sebagaimana
yang dilalui oleh anak-anak ketika belajar bahasa ibunya. Proses alamiah inilah
yang harus dijadikan landasan dalam setiap langkah yang harus ditempuh dalam
pengajaran bahasa kedua, seperti bahasa Indonesia. Seperti Anda ketahui proses
belajar bahasa anak-anak dimulai dengan mendengar, kemudian berbicara, kemudian
membaca dan akhirnya menulis atau mengarang. Jadi pada awal pelajaran, gurulah
yang banyak berbicara/bercerita dalam rangka memperkenalkan bunyi-bunyi, kosa
kata dan struktur kalimat sederhana. Setelah mereka dapat menyimak dengan baik,
kemudian anak-anak diajak berbicara dan selanjutnya mulai diperkenalkan dengan
membaca dan menulis.
3. TEKNIK
a. Teknik Pembelajaran
Keterampilan Menyimak/ Mendengarkan
1) Teknik Simak – Ulang
Ucap
Teknik simak – ulang ucap biasanya
digunakan dalam melatih siswa melafalkan dengan tepat unit-unit bahasa mulai
dari unit terkecil sampai unit terbesar misalnya fonem, kata, kelompok kata,
kalimat, dan paragraf atau wacana pendek. Model ucapan yang akan diperdengarkan
dan tiru oleh siswa harus dipersiapkan secara cermat oleh guru.
2) Teknik Simak –
Kerjakan
Teknik simak-kerjakan dalam pengajaran
menyimak digunakan dalam memperkenalkan dan membiasakan siswa akan suruhan atau
perintah. Biasanya suruhan atau perintah itu tersirat dalam kata kerja dasar,
kata kerja berakhiran –kan, -i, atau –lah. Model suruhan atau perintah
dipersiapkan oleh guru lalu disampaikan secara lisan kepada siswa.
3) Teknik Simak – Tulis
Teknik simak – tulis dikenal juga dengan
dikte. Latihan dikte menuntut keseriusan siswa seperti memusatkan perhatian,
mengenali fonem, tanda-tanda baca, penulisan huruf besar, membedakan ujaran
langsung dan tak langsung, memperhatikan permulaan atau akhir paragraf dsb.
b. Teknik Pembelajaran
Keterampilan Berbicara
1) Teknik Ulang-Ucap
Teknik ulang-ucap sangat baik digunakan
dalam melatih siswa mengucapkan atau melafalkan bunyi bahasa kata, kelompok
kata, kalimat, ungkapan, peribahasa, semboyan, kata-kata mutiara, paragraf, dan
puisi yang pendek. Pada kelas-kelas rendah teknik ini biasa digunakan dalam
melatih siswa mengucapkan fonem kata-kata, dan kalimat-kalimat yang pendek.
2) Teknik Lihat - Ucap
Teknik lihat-ucap digunakan dalam
merangsang siswa mengekspresikan hasil pengamatannya. Yang diamati dapat
berbagai hal atau benda, gambar benda, atau duplikat benda. Pada kelas-kelas
rendah benda yang diperlihatkan untuk diamati sebaiknya benda-benda yang dekat
dengan kehidupan siswa.
3) Teknik Deskripsi
Deskripsi berarti menggambarkan,
melukiskan, atau memerikan sesuatu secara verbal. Teknik deskripsi digunakan
untuk melatih siswa berani berbicara atau mengekspresikan hasil pengamatannya
terhadap sesuatu. Melalui deskripsi ini, pembicara menggambarkan sesuatu secara
verbal kepada para pendengarnya.
c. Teknik Pembelajaran
Keterampilan Membaca
Pembelajaran
keterampilan membaca pada kelas rendah dapat dilakukan dengan teknik lihat dan
baca, yaitu guru mempersiapkan dengan cermat bahan bacaan yang akan
diperlihatkan kepada siswa. Bahan bacaan tersebut dapat berupa fonem, kata,
kalimat, ungkapan, semboyan, atau puisi-puisi pendek. Khusus dalam membaca
permulaan bahan bacaan disertai bendanya atau gambar bendanya.
d. Teknik Pembelajaran
Keterampilan Menulis
1) Teknik Menggambar
Garis
Menggambar garis digunakan dalam
pengajaran pra-menulis. Tujuannya melatih otot-otot tangan agar terbiasa
melakukan gerak dalam menulis. Garis-garis yang digambar adalah garis lurus,
melengkung, membulat, dsb.
2) Teknik Menyalin Huruf
Mengarahkan siswa agar dapat menyalin
huruf harus berencana, terarah, selangkah demi selangkah.
C. PENGEMBANGAN PROSES
PEMBELAJARAN SASTRA INDONESIA DI KELAS RENDAH
1. PENDEKATAN KOMUNIKATIF
Pendekatan komunikatif
didasarkan pada pandangan bahwa bahasa adalah sarana berkomunikasi. Karena itu
tujuan utama pengajaran bahasa adalah meningkatkan keterampilan berbahasa
siswa, bukan kepada pengetahuan tentang bahasa, pengetahuan bahasa diajarkan
untuk menunjang pencapaian keterampilan bahasa. Pendekatan komunikatif
menekankan pada bahasa sebagai alat berkomunikasi. Tujuan akhir yang ingin
dicapai ialah agar siswa terampil menggunakan bahasa Indonesia sebagai alat
komunikasi. Komunikasi tidak selalu bersifat formal atau resmi tetapi juga
mungkin bersifat tidak formal. Karena itu bahan pengajaran tidak hanya
ditekankan kepada ragam baku tetapi juga ragam lainnya. Bahan pengajaran bahasa
harus sesuatu yang bermakna bagi siswa. Hal ini diwujudkan antara lain dalam
pemilihan bahan pengajaran yang berkaitan dengan ragam-ragam komunikasi seperti
tersebut di atas.
2. METODE
Beberapa metode untuk
pembelajaran sastra anak di sekolah dasar yang sekiranya cocok diterapkan
dikelas rendah antara lain:
a. Metode berkisah
Diberikan oleh guru di depan kelas dengan
membawakan sebuah kisah. Dongeng dan fabel dapat dijadikan bahan ajar dalam
pembelajaran dengan metode berkisah. Metode berkisah tidak semata-mata
disampaikan monoton dengan narasi, tetapi perluselingan dialog dan humor dengan
suara berubah-ubah
b. Metode pembacaan
Pembacaan yang menarik dicontohkan oleh
guru di depan kelas dapat mengundang perhatian siswa untuk ikut terlibat dan
berempati dalam suasana karya sastra yang dibacanya. Siswa kelas 1-3 sekolah
dasar dapat dengan cepat menangkap irama puisi atau cerita pendek yang
dibacakan oleh gurunya tanpa menghiraukan maknanya.
c. Metode tanya-jawab
Pertanyaan diberikan guru kepada siswa,
setelah siswa itu mendengarkan cerita gutu atau menonton pertunjukan pentas
karya sastra. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan untuk ukuran kelas rendah
biasanya lebih sederhana seperti siapa tokoh dalah cerita tersebut ? dimana
kisah tersebut terjadi ? dsb.
d. Metode penugasan
Guru dapat memberi tugas membaca,
mendengar, ataupun menonton pertunjukan karya sastra baik di dalam kelas
ataupun sebagai pekerjaan rumah.
3. TEKNIK
Berikut ini disajikan
sejumlah teknik pengajaran sastra. Setiap teknik diberi penjelasan secara
singkat. Kemudian disertakan juga contoh penggunaannya dalam bentuk kegiatan
belajar mengajar di kelas. Teknik yang dimaksud antara lain:
a. Teknik Memperkenalkan
Teknik memperkenalkan
biasa digunakan pada siswa kelas-kelas rendah. Melalui teknik ini siswa
diarahkan kepada contoh-contoh karya sastra seperti puisi, prosa, dan drama sederhana.
Pengenalan hasil sastra merupakan jembatan ke arah mencintai hasil sastra.
Proses pengenalan tersebut dapat dilakukan dengan berbagai saluran. Misalnya
pendengaran seperti menyimak pembacaan puisi-puisi pendek, kutipan prosa atau
drama. Pengenalan itu dapat pula melalui menyimak dan mengucapkan kembali,
menyimak dan menuliskan kembali, membaca dan menyalin atau menonton
dramatisasi, pementasan, dan deklamasi. Jadi pengenalan hasil sastra dapat
dilakukan melalui telinga mata, atau saraf (gerak tangan).
1) Simak
Bahan yang disampaikan harus dipilih
dengan sebaik-baiknya. Taraf kesukaran, bahasa, struktur harus berimbang dengan
kemampuan siswa. Bahasa tersebut akan lebih baik lagi apabila berada dalam
pusat minat siswa.
2) Simak – Ulang Ucap
Pelaksanaannya adalah seperti berikut.
Bahan itu disampaikan secara lisan kemudian siswa mengulangi ucapan guru. Atau
bahan itu direkam dalam pita suara dan diperdengarkan kepada siswa. Kemudian
siswa mengulangi ucapan seperti suara rekaman.
3) Simak-Tulis
Pada teknik simak-tulis kegiatan diikuti
oleh menuliskan apa yang telah disimak. Karena itu bahan yang telah
dipersiapkan dalam teknik simak - ulang ucap dapat digunakan sepenuhnya dalam
pelaksanaan simak-tulis.
b. Teknik Menjawab
Pertanyaan
Menjawab pertanyaan
mengenai isi bacaan sering sekali dipraktekkan dalam pengajaran bahasa. Hal ini
pun dapat dilakukan dalam pengajaran sastra. Salah satu cara untuk mengukur
pemahaman siswa terhadap suatu karya sastra ialah melalui jawaban siswa terhadap
pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan isi karya sastra tersebut.
0 comments:
Post a Comment