ABSTRAK
Pemilihan kata yang tepat merupakan sarana
pendukung dan penentu keberhasilan dalam berkomunikasi. Pilihan kata atau diksi
bukan hanya soal pilih-memilih kata, melainkan lebih mencakup bagaimana efek
kata tersebut terhadap makna dan informasi yang ingin disampaikan. Pemilihan
kata tidak hanya digunakan dalam berkomunikasi namun juga digunakan dalam
bahasa tulis (jurnalistik). Dalam bahasa tulis pilihan kata (diksi)
mempengaruhi pembaca mengerti atau tidak dengan kata-kata yang kita pilih. Indonesia memiliki bermacam-macam suku bangsa dan
bahasa. Hal itu juga disertai dengan bermacam-macam suku bangsa yang memiliki
banyak bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa yang digunakan
juga memiliki karakter berbeda-beda sehingga penggunaan bahasa tersebut
berfungsi sebagai sarana komunikasi dan identitas suatu masyarakat tersebut.
Sebagai makhluk sosial kita tidak bisa terlepas dari berkomunikasi dengan
sesama dalam setiap aktivitas. Dalam kehidupan bermasyarakat sering kita jumpai
ketika seseorang berkomunikasi dengan pihak lain tetapi pihak lawan bicara
kesulitan menangkap informasi dikarenakan pemilihan kata yang kurang tepat dikarenakan
salah paham.
.
KATA PENGANTAR
Diksi, dalam arti aslinya dan pertama,
merujuk pada pemilihan kata dan gaya ekspresi oleh penulis atau pembicara. Arti
kedua, arti "diksi" yang lebih umum digambarkan dengan enunsiasi kata
- seni berbicara jelas sehingga setiap kata dapat didengar dan dipahami hingga
kompleksitas dan ekstrimitas terjauhnya. Arti kedua ini membicarakan pengucapan
dan intonasi, daripada pemilihan kata dan gaya.
Diksi memiliki beberapa bagian;
pendaftaran - kata formal atau informal dalam konteks sosial - adalah yang
utama. Analisis diksi secara literal menemukan bagaimana satu kalimat
menghasilkan intonasi dan karakterisasi, contohnya penggunaan kata-kata yang
berhubungan dengan gerakan fisik menggambarkan karakter aktif, sementara
penggunaan kata-kata yang berhubungan dengan pikiran menggambarkan karakter yang
introspektif. Diksi juga memiliki dampak terhadap pemilihan kata dan sintaks.
Diksi terdiri dari delapan elemen:
Fonem, Silabel, Konjungsi, Hubungan, Kata benda, Kata kerja, Infleksi, dan
Uterans
Pontianak,29 november 2015
DAFTAR ISI
ABSTRAK...............................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR
ISI..........................................................................................................................iii
BAB I
PENDAHULUAN............................................................................................................1
1.1
Latar
Belakang..............................................................................................................1
1.2
Rumusan
Masalah........................................................................................................2
1.3
Tujuan
Masalah............................................................................................................2
1.4
Manfaat........................................................................................................................2
BAB II
PEMBAHASAN.............................................................................................................3
2.1 Pengertian
Diksi............................................................................................................3
2.2. Pembentukan
Kata.......................................................................................................4
2.2.a. Macam-Macam Imbuhan
(Afiks)..........................................................................................5
2.2.b. Akhiran (sufiks/ sufix)..........................................................................................................7
2.2.C .Sisipan (infiks
/infix)............................................................................................................8
2.3 Kesalahan Pembentukan dan
Pemilihan Kata..............................................................9
2.4 Ungkapan
Idiomatik....................................................................................................12
BAB
III
PENUTUP.......................................................................................................................14
3.1
Simpulan.............................................................................................................................14
3.2
Saran...................................................................................................................................14
DAFTAR
PUSTAKA.....................................................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1. Latar
Belakang
Bahasa
terbentuk dari beberapa tataran gramatikal, yaitu dari tataran terendah sampai
tertinggi, yaitu kata, frase, klausa, kalimat. Ketika menulis dan berbicara,
kata adalah kunci pokok dalam membentuk tulisan dan ucapan. Maka dari itu kata
- kata dalam bahasa Indonesia harus dipahami dengan baik, supaya ide dan pesan
seseorang dapat dimengerti dengan baik. Kata – kata yang digunakan dalam
komunikasi harus dipahami dalam konteks alinea dan wacana. Tidak dibenarkan
menggunkan kata – kata dengan sesuka hati, tetapi harus mengikuti kaidah –
kaidah yang benar.
Memang harus diakui, kecenderungan orang semakin mengesampingkan
pentingnya penggunaan bahasa, terutama dalam tata cara
pemilihan kata atau diksi.
Terkadang kita
pun tidak mengetahui pentingnya penguasaan bahasa Indonesia yang baik dan yang
benar, sehingga ketika kita berbahasa, baik lisan maupun tulisan, sering
mengalami kesalahan dalam penggunaan kata, frasa,
paragraf, dan wacana.
Agar tercipta suatu komunikasi yang efektif dan efisien, penggunaan
diksi atau pemilihan kata dirasakan sangat penting, bahkan mungkin vital,
terutama untuk menghindari kesalapahaman dalam
berkomunikasi. Diksi atau pilihan kata dalam praktik berbahasa sesungguhnya
mempersoalkan kesanggupan sebuah kata dapat juga frase atau kelompok kata untuk
menimbulkan gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau pendengarnya.
Indonesia memiliki bermacam-macam suku bangsa dan bahasa. Hal itu juga
disertai dengan bermacam-macam suku bangsa yang memiliki banyak bahasa yang
digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa yang digunakan juga memiliki
karakter berbeda-beda sehingga penggunaan bahasa tersebut berfungsi sebagai
sarana komunikasi dan identitas suatu masyarakat tersebut. Sebagai makhluk
sosial kita tidak bisa terlepas dari berkomunikasi dengan sesama dalam setiap
aktivitas. Dalam kehidupan bermasyarakat sering kita jumpai ketika seseorang
berkomunikasi dengan pihak lain tetapi pihak lawan bicara kesulitan menangkap informasi
dikarenakan pemilihan kata yang kurang tepat ataupun dikarenakan salah paham.
Pemilihan kata yang tepat merupakan sarana pendukung dan penentu
keberhasilan dalam berkomunikasi. Pilihan kata atau diksi bukan hanya soal
pilih-memilih kata, melainkan lebih mencakup bagaimana efek kata tersebut
terhadap makna dan informasi yang ingin disampaikan. Pemilihan kata tidak hanya
digunakan dalam berkomunikasi namun juga digunakan dalam bahasa tulis
(jurnalistik). Dalam bahasa tulis pilihan kata (diksi) mempengaruhi
pembaca mengerti atau tidak dengan kata-kata yang kita pilih.
1.2
Rumusana
Masalah
1.Apa pengertian
diksi?
2.Bagaimana
cara pembentukan kata?
3.Apa yang
dimaksud dengan ungkapan idiomatik?
1.3 Tujuan
Tujuan Penulisan karya ilmiah
ini adalah untuk membantu Mahasiswa
mengetahui diksi,pembentukan kata,dan idiomatik dan memahami kesalahan
pembentukan dan pemilihan kata.
1.4 Manfaat
Tulisan ini diharapkan dapat Memberikan mahasiswa pengetahuan baru tentang diksi,pembentukan kata,dan idiomatik dan mengetahui kesalahan pembentukan dan pemilihan
kata di kehidupan sehari-hari.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Diksi
Diksi adalah pilihan kata. Maksudnya, kita memilih kata yang tepat untuk
menyatakan sesuatu. Pilihan kata merupakan satu unsur sangat penting, baik
dalam dunia karang-mengarang maupun dalam dunia tutur setiap hari. Dalam
memilih kata yang setepat-tepatnya untuk menyatakan suatu maksud, kita tidak
dapat lari dari kamus. Kamus memberikan suatu ketepatan kepada kita tentang
pemakaian kata-kata. Dalam hal ini, makna kata yang tepatlah yang diperlukan.
Kata yang tepat dapat membantu seseorang mengungkapkan dengan tepat apa yang
ingin disampaikannya, baik lisan maupun tulisan. Selain itu, pemilihan kata itu
juga harus sesuai dengan situasi dan tempat penggunaan kata-kata itu.
Diksi menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia pusat bahasa Departemen Pendidikan Indonesia adalah pilihan kata yg
tepat dan selaras (dalam penggunaannya) untuk mengungkapkan gagasan sehingga
diperoleh efek tertentu (seperti yang diharapkan).Fungsi dari diksi adalah membuat
pembaca atau pendengar mengerti secara benar dan tidak salah paham terhadap apa
yang disampaikan oleh pembicara atau penulis.
Untuk
mencapai target komunikasi yang efektif.
Melambangkan
gagasan yang di ekspresikan secara verbal.
Membentuk
gaya ekspresi gagasan yang tepat (sangat resmi, resmi, tidak resmi) sehingga
menyenangkan pendengar atau pembaca.
Mudah dipahami.
Pemilihan diksi yang tepat dan selaras akan memudahkan pembaca atau
pendengar lebih mudah dalam memahami arti kata atau makna kalimat atau gagasan
yang hendak ingin disampaikan. Pemilihan diksi dilakukan dengan
memperhatikan situasi yang sedang berlangsung. Misal dalam menulis buku
cerita yang memiliki tujuan anak-anak remaja sebagai sasaran pembaca, maka
gunakanlah kata-kata sederhana yang mudah dipahami dengan demikian pesan moral
yang ingin disampaikan akan sampai pada hati pembaca. begitupula misalnya saat
rapat yang mana suasana adalah formal maka gunakan kata-kata yang baku, sesuai
aturan EYD. Dengan demikian, hal-hal yang tidak diinginkan dapat dihilangkan.
Dengan menggunakan diksi yang tepat, maka peluang untuk mendapatkan
tujuan lebih besar. Hal ini karena komunikasi yang berlangsung sangat efektif
selain itu pemilihan kata yang sesuai dengan suasana resmi ataupun tidak resmi
akan menciptakan ekspresi tertentu yang dapat menyenangkan pendengar atau
pembaca.Kata yang digunakan menunjukkan makna yang ingin diutarakan. Namun
demikian, seringkali kata yang digunakan memiliki arti yang berbeda dengan
makna itu sendiri. oleh karena itu, sebelum memutuskan untuk menggunakan diksi
yang akan digunakan, maka harus pembicara atau penulis harus memahami makna dan
relasi kata
Diksi yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh
penguasaan kosakata yang banyak Persyaratan
pemilihan kata adalah:
1) Bedakan secara cermat kata
kata denotatif dan konotatif; bersinonim dan hampir bersinonim; kata
kata yang mirip dalam ejaannya seperti: bawa-bawah-bahwa
2) Hindari kata kata ciptaan sendiri atau
mengutip kata kata terkenal yang belum diterima masyarakat
3) Waspadalah
dalam menggunakan kata kata yang berakhiran asing atau bersufiks
bahasa asing, seperti: biologi-biologis
4) Gunakan kata kata depan secara
idiomatik, sepeti kata ingat seharusnya ingat akan bukan ingat terhadap
5) Bedakan kata khusus dan kata umum
6) Perhatikan perubahan makna yang
terjadi pada kata kata yang sudah dikenal
7) Perhatikan kelangsungan pilihan
kata.
Contoh paragraf :
1. Hari ini Aku pergi ke pantai
bersama dengan teman-temanku. Udara di sana sangat sejuk. Kami bermain bola air
sampai tak terasa hari sudah sore. Kamipun pulang tak lama kemudian.
2. Liburan kali ini Aku dan
teman-temanku berencana untuk pergi ke pantai. Kami sangat senang ketika hari
itu tiba. Begitu sampai disana kami sudah disambut oleh semilir angin yang tak
heti-hentinya bertiup. Ombak yang berkejar-kejaran juga seolah tak mau kalah
untuk menyambut kedatangan kami. Kami menghabiskan waktu sepanjang hari di
sana. Kami pulang dengan hati senang.
Kedua paragraph diatas memiliki makna
yang sama, tetapi dalam pemilihan kata atau diksi, paragraph kedua lebih
menarik bagi pembaca karena enak dibaca dan tidak membosankan.
2.2. Pembentukan Kata
Ada banyak ragam pembentukan kata dalam
Bahasa Indonesia. Sebagian besar kata dibentuk dengan cara menggabungkan
beberapa komponen yang berbeda. Untuk memahami cara pembentukan kata-kata
tersebut kita sebaiknya mengetahui lebih dahulu beberapa konsep dasar dan
istilah seperti yang dijelaskan di bawah ini. Untuk mempersingkat dan
memperjelas pembahasannya, kami
menggunakan kata-kata yang tidak bersifat gramatikal atau teknis untuk
menjelaskan kata-kata tersebut sebanyak mungkin.
Definisi Istilah kata dasar (akar kata)
= kata yang paling sederhana yang belum memiliki imbuhan, juga dapat
dikelompokkan sebagai bentuk asal (tunggal) dan bentuk dasar (kompleks), tetapi
perbedaan kedua bentuk ini tidak dibahas di sini.
Afiks (imbuhan) = satuan terikat
(seperangkat huruf tertentu) yang apabila ditambahkan pada kata dasar akan
mengubah makna dan membentuk kata baru. Afiks tidak dapat berdiri sendiri dan
harus melekat pada satuan lain seperti kata dasar. Istilah afiks termasuk
prefiks, sufiks dan konfiks.
Prefiks (awalan) = afiks (imbuhan)
yang melekat di depan kata dasar untuk membentuk kata baru dengan arti yang
berbeda.
Sufiks (akhiran) = afiks (imbuhan)
yang melekat di belakang kata dasar untuk membentuk kata baru dengan arti yang
berbeda.
Konfiks (sirkumfiks / simulfiks) =
secara simultan (bersamaan), satu afiks melekat di depan kata dasar dan satu
afiks melekat di belakang kata dasar yang bersama-sama mendukung satu fungsi.
Kata turunan (kata jadian) = kata baru
yang diturunkan dari kata dasar yang mendapat imbuhan.
Keluarga kata dasar = kelompok kata
turunan yang semuanya berasal dari satu kata dasar dan memiliki afiks yang
berbeda.
Afiks Bahasa Indonesia yang Umum:
prefiks: ber-, di-, ke-,
me-, meng-, mem-, meny-, pe-, pem-, peng-, peny-, per-, se-, ter-
sufiks: -an, -kan, -i, -pun, -lah, -kah, -nya
konfiks: ke - an, ber - an,
pe - an, peng - an, peny - an, pem - an, per - an, se – nya
2.2.a. Macam-Macam
Imbuhan (Afiks)
Awalan (prefiks/ prefix)
Awalan (prefiks / prefix) adalah
imbuhan yang terletak di awal kata. Proses awalan (prefiks) ini di sebut
prefiksasi (prefixation). Berdasarkan dan pertumbuhan bahasa yang
terjadi, maka awalan dalam bahasa indonesia dibagi menjadi dua macam, yaitu
imbuhan asli dan imbuhan serapan, baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa
asing. Awalan terdiri dari me, di, ke, ter, pe, per, se, ber,
dan dijelaskan dalam contoh.
Awalan me- pada sebuah
kata dasar berfungsi untuk membentuk kata kerja aktif. Awalan pe- pada suatu
kata dasar dapat berfungsi menjadi kata benda. Perubahan awalan me- menjadi
meng-, pe- menjadi peng- terjadi jika kata dasar yang mengawali memiliki bunyi:
/a/, /e/, /g/, /h/,/i/, /u/, /o/, /k/
·
Contoh:
ambil – mengambil, hancur – penghancur
Perubahan awalan me-
menjadi men-, pe- menjadi pen- terjadi jika kata dasar yang mengawali memiliki
bunyi: /c/, /d/, /j/
·
Contoh:
coba – mencoba, dorong – pendorong
Perubahan awalan me-
menjadi mem-, pe- menjadi pem- terjadi jika kata dasar yang mengawali memiliki
bunyi: /b/, /f/, /v/
·
Contoh:
beli – membeli, pembeli
Perubahan awalan me
menjadi meny-, pe- menjadi peny- terjadi jika kata dasar yang mengawali
memiliki bunyi: /s/
·
Contoh:
siksa – menyiksa, penyiksa
Kata dasar yang memiliki bunyi
/p/, /t/, /k/ diubah menjadi /m/ dan /n/
·
Contoh:
pakai – memakai, pemakai
Kata dasar yang tidak
mengalami perubahan bunyi awalan adalah: /l/, /m/, /n/, /r/.
·
Contoh:
lamar – melamar, pelamar
Awalan ber- dan per-
berfungsi membentuk kata kerja aktif.
Untuk kata dasar yang
diawali dengan r, maka awalan ber- menjadi be-, per- menjadi pe-.
·
Contoh:
Renang – berenang, perenang
Awalan di- dan ter-
berfungsi membentuk kata kerja dan membawa arti yang pasif. Penempatan obyek di
depan sebagai subyek dalam kalimat dan pemindahan pelaku menjadi obyek dalam
kalimat dapat diterapkan untuk kedua awalan ini.
·
Contoh:
Kotoran itu diinjak oleh temanku. (membawa arti pasif)
Kotoran itu terinjak oleh
temanku. (membawa arti pasif)
Awalan se- berfungsi
untuk membentuk kata benda.
·
Contoh:
Ikat – seikat, Indah – seindah
Awalan ke- berfungsi
membentuk kata kerja intransitif ( tidak membutuhkan obyek).
·
Contoh:
Luar – keluar (Ia sedang keluar .)
Dalam – kedalam (Mereka
sedang kedalam.)
Awalan-awalan (imbuhan
dari bahasa asing) pada kata-kata serapan yang disadari adanya, juga oleh
penutur yang bukan dwibahasawan, adalah sebagai berikut:
1) a– seperti pada amoral, asosial, anonym, asimetris. Awalan
ini mengandung arti ‘tidak’ atau ‘tidak ber’.
2) anti– seperti pada antikomunis, antipemerintah,
antiklimaks, antimagnet, antikarat yang artinya ‘melawan’ atau ‘bertentangan
dengan’.
3) bi– misalnya padab ilateral, biseksual, bilingual,
bikonveks. Awalan ini artinya ‘dua’.
4) de– seperti pada dehidrasi, devaluasi, dehumanisasi,
deregulasi. Awalan ini artinya ‘meniadakan’ atau ‘menghilangkan’.
5) eks– seperti pada eks-prajurit, eks-presiden, eks-karyawan,
eks-partai terlarang. Awalan ini artinya ‘bekas’ yang sekarang dinyatakan
dengan kata ‘mantan’.
6) ekstra– seperti pada ekstra-universiter,
ekstra-terestrial, ekstra linguistic, kadang juga dipakai pada kata-kata bahasa
Indonesia sendiri. Contoh: ekstra-ketat, ekstra-hati-hati. Awalan ini artinya
‘tambah’, ‘diluar’, atau ‘sangat’.
7) hiper– misalnya pada hipertensi,
hiperseksual, hipersensitif. Awalan ini artinya ‘lebih’ atau ‘sangat’.
8) in– misalnya pada kata inkonvensional, inaktif,
intransitive. Awalan ini artinya ‘tidak’.
9) infra– misalnya pada infrastruktur,
inframerah, infrasonic. Awalan ini artinya ‘di tengah’.
10) intra– misalnya pada intrauniversiter,
intramolekuler. Awalan ini artinya ‘di dalam’.
11) inter– misalnya interdental, internasional,
interisuler, yang biasa di Indonesiakan dengan antar-.
12) ko– misalnya pada kokulikuler, koinsidental, kopilot,
kopromotor. Awalan ini artinya ‘bersama-sama’ atau ‘beserta’.
13) kontra– misalnya pada kontrarevolusi,
kontradiksi, kontrasepsi. Awalan ini artinya ‘berlawanan’ atau ‘menentang’.
14) makro– misalnya pada makrokosmos,
makroekonomi, makrolinguistik. Awalan ini artinya ‘besar’ atau ‘dalam arti
luas’.
15) mikro– seperti pada mikroorganisme,
mikrokosmos, microfilm. Awalan ini artinya ‘kecil’ atau ‘renik’.
16) multi– seperti padamultipartai,
multijutawan, multikompleks, multilateral, multilingual. Awalan ini artinya
‘banyak’.
17) neo– seperti pada neokolonialisme, neofeodalisme, neorealisme.
Awalan ini artinya ‘baru’.
18) non– seperti pada nongelar, nonminyak, nonmigas, nonberas,
nonOpec. Awalan ini artinya ‘bukan’ atau ‘tidak ber-‘.
2.2.b. Akhiran
(sufiks/ sufix)
Akhiran (sufiks/ sufix)
adalah imbuhan yang terletak di akhir kata. Dalam proses pembentukan kata ini
tidak pernah mengalami perubahan bentuk. Proses pembentukannya di sebut
safiksasi (suffixation). Akhiran terdiri dari kan, an, i, nya, man, wati, wan,
asi, isme, in, wi, dan lainnya dalam contoh.
Contoh: -an + pikir→pikiran, -in +
hadir→hadirin, -wan + karya→karyawan, -wati+karya→kryawati, -wi+
manusia→manusiawi. Semua akhiran ini di sebut sebagai akhiran untuk kata
benda.
Sedangkan akhiran yang berupa kata
sifat, seperti: -if→aktif, sportif. -ik→magnetik, elektronik. -is→praktis, anarkis.
-er→komplementer, parlementer. -wi→manusiawi, surgawi, duniwi.
Kadang-kadang akhiran
yang berupa kata sifat, ada yang berasal dari bahasa inggris dan ada yang
berasal dari bahasa arab. Contoh: -al→formal, nasional. -iah→alamiah, batiniah.
-i→abadi, alami, hewani, rohani. -nya→melihatnya, mendengarnya, mengalaminya.
-in→muslimin, mu’minin. -at→muslimat, mu’minat. -us→politikus. -or→koruptor.
-if→produktif, sportif. Untuk lebih lengkap, simak selanjutnya.
Pada kata-kata asing yang
diserap ke dalam bahasa Indonesia kita jumpai akhiran-akhiran seperti berikut:
1) –al misalnya pada actual, structural,
emosional, intelektual. Kata-kata yang berakhiran –al ini tergolong kata sifat.
2) –asi/isasi misalnya pada afiksasi,
konfirmasi, nasionalisasi, kaderisasi, komputerisasi. Akhiran tersebut
menyatakan ‘proses menjadikan’ atau ‘penambahan’.
3) –asme misalnya pada pleonasme,
aktualisme, sarkasme, antusiasme. Akhiran ini menyatakan kata benda.
4) –er seperti pada primer, sekunder,
arbitrer, elementer. Akhiran ini menyatakan sifat.
5) –et seperti pada operet, mayoret,
sigaret, novelete. Akhiran ini menyatakan pengertian ‘kecil’. Jadi operet itu
‘opera kecil’, novelet itu ‘novel kecil’.
6) .–i/wi/iah misalnya pada hakiki,
maknawi, asasi, asali, duniawi, gerejani, insani, harfiah, unsuriyah,
wujudiyah. Akhiran-akhiran ini menyatakan sifat.
7) –if misalnya pada aktif, transitif,
obyektif, agentif, naratif. Akhiran ini menyatakan sifat.
8) –ik (1) seperti pada
linguistik, statistik, semantic, dedaktik. Akhiran ini menyatakan ‘benda’ dalam
arti ‘bidang ilmu’.
9) -ik (2) seperti pada spesifik,
unik, karakteristik, fanatik, otentik. Akhiran ini menyatakan sifat.
10) –il seperti pada idiil, materiil,
moril. Akhiran ini menyatakan sifat. Pada kata-kata lain kata-kata ini diganti
dengan –al.
11) –is (1) pada kata praktis,
ekonomis, yuridis, praktis, legendaries, apatis. Akhiran ini menyatakan sifat.
12) –is (2) pada kata ateis,
novelis, sukarnois, marxis, prosaic, esei. Akhiran ini menyatakan orang yang
mempunyai faham seperti disebut dalam kata dasar, atau orang yang ahli menulis
dalam bentuk seperti yang disebut di dalam kata dasar.
13) –isme seperti pada nasionalisme,
patriotisme, Hinduisme, bapakisme. Isme artinya ‘faham’.
14) –logi seperti pada filologi,
sosiologi, etimologi, kelirumologi, -logiartinya ‘ilmu’.
15) –ir seperti pada mariner, avonturir,
banker. Akhiran ini menyatakan orang yang bekerja pada bidang atau orang yang
mempunyai kegemaran ber-.
16) –or seperti pada editor, operator,
deklamator, noderator. Akhiran ini artinya orang yang bertindak sebagai orang
yang mempunyai kepandaian seperti yang tersebut pada kata dasar.
17) –ur seperti pada donator, redaktur,
kondektur, debitur, direktur. Akhiran ini seperti yang di atas menyatakan
agentif atau pelaku;
18)
–itas
seperti pada aktualitas, objektivitas, universitas, produktivitas. Akhiran ini
menyatakan benda.
2.2.C . Sisipan
(infiks /infix)
Sisipan (infiks/ infix) adalah imbuhan
yang terletak di dalam kata. Jenis imbuhan ini tidak produktif, artinya
pemakaiannya terbatas hanya pada kata-kata tertentu. Jadi hampir tidak
mengalami pertambahan secara umum. Sisipan terletak pada suku pertama kata
dasarnya, yang memisahkan konsonan pertama dengan vokal pertama suku tersebut.
Prosesnya imbuhan kata tersebut di sebut infixation. Imbuhan yang berupa
sisipan seperti: -er-, -el-, -em- dan -in.
Sisipan ( infiks/ infix)
dapat mempunyai makna, antara lain:
i.
Menyatakan banyak dan bermacam-macam. Contohnya: tali→ temali, artinya terdapat
bermacam-macam tali. gigi→gerigi, artinya terdapat bermacam gigi.
sabut→serabut, artinya terdapat bermacam-macam sabut. kelut→kemelut,
gunung→gemunung, artinya terdapat bermacam-macam gunung.
ii.
Menyatakan intensitas frekuentif, artinya menyatakan banyaknya waktu. Contoh:
getar→gemetar, artinya menunjukan banyaknya waktu getar atau gerak suatu benda.
guruh→gemuruh, artinya menunjukan banyaknya waktu guruh. gertak→gemertak,
artinya menujukan banyaknya waktu bunyi gertak. cicit→cericit, artinya
menujukan banyaknya waktu bunyi cicit.
iii. Menyatakan sesuatu yang
mempunyai sifat seperti yang di sebut pada kata dasarnya. Contoh: kata
kerja→kinerja, artinya sesuatu yang mempunyai sifat sama dengan kerja atau
sesuatu sifat kegigihan. kuning→kemuning, artinya sesuatu yang mempunyai sifat
sama dengan warna kuning. gilang→gemilang, artinya sesuatu yang mempunyai sifat
sama dengan cerah. turun→temurun, artinya sesuatu yang mempunyai sifat
terus-menerus. tunjuk→telunjuk, artinya sesuatu yang mempunyai sifat seperti
tunjuk.
Ada juga sisipan (infiks)
yang di pengaruhi oleh bahasa jawa. Contoh: kata kesinambungan, yang merupakan
kata dasar dari kata sinambung yang di sebut kata dasar sekunder. Sedangkan
kata dasar primernya sambung mendapat sisipan –in- yang artinya menyatakan
sifat terus-menerus. Sama halnya dengan istilah yang terdapat dalam bidang
ekonomi, dalam proses imbuhan kata dasar juga terdapat istilah yang sama,
tetapi mempunyai makna yang berbeda. Istilah itu adalah kata dasar primer, kata
dasar sekunder, dan kata dasar tersier.
Kata dasar primer adalah kata dasar yang berupa
kata asal atau morfem dasar, yang di pakai sebagai kata dasar pertama dalam
pembentukan kata jadian. Contoh: dengar→dengarkan→perdengarkan, artinya kata
dengarkan merupakan kata dasar dari kata dengar yang mendapat akhiran– kan .
Demikian juga dengan kata perdengarkan, berasal dari kata dasar dengar yang
mendapat konfiks per-kan. Kata dasar primer, haruslah pada kata jadian yang
sekurang-kurangnya di bentuk melalui dua tahap.
Kata dasar sekunder adalah kata dasar yang berupa
kata jadian yang di pakai sebagai dasar kedua dalam pembentukan kata jadian
yang lebih kompleks. Contoh: dengarkan→perdengarkan, dipikir→dipikirkan,
main→bermain-main, merata→meratakan.
Kata dasar tersier adalah kata dasar yang berupa
kata jadian yang di pakai sebagai dasar ketiga dalam pembentukan kata yang
lebih kompleks. Contoh: kata guna→gunakan→pergunakan→mempergunakan.
ingat→ingatkan→ peringatkan→ diperingatkan.
harap→harapkan→diharapkan→diharapkannya.
Sisipan (infiks/ infix)
biasanya di bentuk dari kata benda (nomina) menjadi kata sifat (adjektifa).
Adjektifa tingkat kuatif dengan prefiks se- dan tingkat superlatif dengan
prefiks ter-. Hasil pengafiksan dengan infiks atau sisipan –em- pada nomina,
adjektiva yang jumlahnya sangat terbatas.
Benda (nomina) →sifat
(adjectifa)
Getar → gemetar, guruh →
gemuruh, kilap → kemilap, kilau → kemilau, santan → semantan, gerlap →
gemerlap, gilang → gemilang, gilap → gemilap, taram → temaram, serb
2.3 Kesalahan
Pembentukan dan Pemilihan Kata
Pada bagian berikut akan diperhatikan kesalahan kasalahan penbentukan kata, baik dalam bahasa lisan maupun dalam bahasa tulis.
A.Penganggalan Awalan Me-
Penganggalan pada judul cerita dalam surat kabar diperbolehkan. Namun, dalam teks beritanya awalan me- harus eksplisit. Dibawah ini diperhatikan bentuk yang salah dan bentuk yang benar.
Penganggalan pada judul cerita dalam surat kabar diperbolehkan. Namun, dalam teks beritanya awalan me- harus eksplisit. Dibawah ini diperhatikan bentuk yang salah dan bentuk yang benar.
Contoh:
1.a) Amerika serikat luncurkan pesawat bolak-balik Colombia (salah)
1. b) Amerika serikat meluncurkan pesawat bolak-balik Colombia (benar)
B.Penagnggalan Awalan Ber-
Kata-kata yang berawalan Ber- sering mengandalkan awalan Ber. Padahal awalan Ber harus dieksplisitkan secara jelas. Berikut ini contoh salah dan benar dalam pemakaian.
Contoh:
1. a) Sampai jumpa lagi (salah)
1. b) Sampai berjumpa lagi (benar)
C.Peluluhan Bunyi /c/
Kata dasar yang diawali bunyi c sering menjadi luluh apabila mendapat awalan me. Padahal tidak seperti itu.
Kata dasar yang diawali bunyi c sering menjadi luluh apabila mendapat awalan me. Padahal tidak seperti itu.
Contoh:
1. a) Ali sedang menyuci mobil (salah)
1. b) ali sedang mencuci mobil (benar)
D.Penyengauan Kata Dasar
Ada gejala penyengauan bunyi awal kata dasar, penggunaan kata dasar ini sebenarnya adalah ragam lisan yang dipakai dalam ragam tulis. Akhirnya pencampuran antara ragam lisan dan ragam tulis menimbulkan suatu bentuk kata yang salah dalam pemakaian.
Contoh:
Nyopet, mandang, nulis, dan nambrak. Dalam bahasa Indonesia kita harus menggunakan kata-kata mencopet,memandang, menulis, dan menembrak.
E.Bunyi /s/, /k/, p/, dan /t/ yang
Tidak Luluh
Kata dasar yang bunyi awalnya s, k, p, atau t sering tidak luluh jika mendapat awalan me atau pe. Padahal menurut kaidah buku bunyi-bunyi itu harus lebur menjadi bunyi sengau.
Kata dasar yang bunyi awalnya s, k, p, atau t sering tidak luluh jika mendapat awalan me atau pe. Padahal menurut kaidah buku bunyi-bunyi itu harus lebur menjadi bunyi sengau.
Contoh:
1. a) Semua warga neraga harus mentaati peraturan yang berlaku (salah)
1. b) Semua warga neraga harus menaati peraturan yang berlaku (benar)
F.Awalan Ke- yang Kelirugunaan
Pada kenyataan sehari-hari, kata-kata yang seharusnya berawalan ter sering diberi awalan ke. Hal itu disebabkan oleh kekurang cermatan dalam memilih awalan yang tepat.
Pada kenyataan sehari-hari, kata-kata yang seharusnya berawalan ter sering diberi awalan ke. Hal itu disebabkan oleh kekurang cermatan dalam memilih awalan yang tepat.
Contoh:
1. a) Pengendara mator itu meninggal karena ketambrak oleh kereta api (salah)
1. b) pengendara motor itu meninggal karena tertambrak oleh kereta api (benar)
Perlu tiketahui bahwa awalan ke hanya dapat menempel pada kata bilangan. Selain di depan kata bilangan, awalan ke tidak dapat dipakai kecuali pada kata kekasih, kehendak, dan ketua.
G.Pemakaian Akhiran –ir
Pemakaian kata akhiran –ir sangat produktif dalam penggunaan bahasa Indonesia sehari-hari. Padahal, dalam bahasa Indonesia baku untuk akhiran –ir adalah asi atau isasi.
Pemakaian kata akhiran –ir sangat produktif dalam penggunaan bahasa Indonesia sehari-hari. Padahal, dalam bahasa Indonesia baku untuk akhiran –ir adalah asi atau isasi.
Contoh:
a) Saya sanggup mengkoordinir kegiatan itu (salah)
b) Saya sanggup mengkoordinasi kegiatan itu (benar)
H.Padanan yang Tidak Serasi
Terjadi ketika pemakaian bahasa yang kurang cermat memilih padanan yang serasi, yang muncul dalam kehitupan sehari-hari adalah padanan yang tidak sepadan atau yang tidak serasi. Hal itu, terjadi karena dua kaidah yang berselang, atau yang bergabung dalam sebuah kalimat.
Contoh:
a) karena modal dibank dibank terbatas sehingga tidak semua pengusaha lemah memperoleh kredit. (salah)
b) karena modal dibank terbatas, tidak semua pengusah lemah memperoleh kredit (benar)
c) modal dibank terbatas sehingga, tidak semua pengusah lemah memperoleh kredit (benar)
Bentuk-bentuk diatas adalah bentuk yang menggabungkan kata karena dan sehingga, kata apabila dan maka, dan kata walaupun dan tetapi.
I.Pemakaia Kata Depan di, ke, dari, bagi, pada, daripada, dan terhadap
Dalam pemakaian sehari-hari, pemakaian kata di, ke, dari, bagi, dan daripada sering dipertukarkan.
Contoh:
a) putusan dari pada pemerintah itu melegakan hati rakyat. (salah)
b) putusan pemerintah itu melegakan hati rakyat. (benar)
J.Pemakaian Akronim (singkatan)
Yang dimaksud kata singkatan adalah PLO, UI, dan lain-lain. Sedangkan yang dimaksud dengan bentuk singkat ialah lab (laboratorium), memo (memeorandum) dan lain-lain. Pemakaian akronim dan singkatan dalam bahasa Indonesia kadang-kadang tidak teratur.
k.Penggunaan Kesimpulan, Keputusan,
Penalaran, dan Pemungkinan
Kata-kata kesimpulan bersaing pemakaiannya dengan kata simpulan; kata keputusan bersaing pemakaiannya dengan kata purusan; kata pemukiman bersaing dengan kata permukiman; kata penalaran bersaing dengan kata pernalaran.
Pembentukan kata dalam bahasa Indonesia sebenarnya mengikuti pola yang rapi dan konsisten. Kalau kita perhaikan dengan saksama, bentukan kata itu memiliki hubungan antara yang satu dengan yang lain.
Kata-kata kesimpulan bersaing pemakaiannya dengan kata simpulan; kata keputusan bersaing pemakaiannya dengan kata purusan; kata pemukiman bersaing dengan kata permukiman; kata penalaran bersaing dengan kata pernalaran.
Pembentukan kata dalam bahasa Indonesia sebenarnya mengikuti pola yang rapi dan konsisten. Kalau kita perhaikan dengan saksama, bentukan kata itu memiliki hubungan antara yang satu dengan yang lain.
Contoh:
Tulis, menulis, penulis, penulisan, tulisan.
Pilih, memilih, pemilih, pemilihan, pilihan
Ada lagi pembentukan kata yang mengikuti pola berikut
Contoh:
Tani, bertani, petani, pertanian
Mukim, bermukim, pemukim, permukiman
Penggunaan Kata yang Hemat
Salah satu ciri pemakaian bahasa yang efektif adalah kpemakaian bahasa yang hemat kata, tetapi padat isi. Namun dalam komunikasi sehari-hari sering kita jumpai pemakaian kata yang tidak hemat (boros)
Contoh:
Boros hemat
Sejak sejak atau dari
Agar supaya agar atau supaya
Mempunyai pendirian berpendirian
Perbandingan kata yang hemat dan kata boros
.a) Apabila suatu
reservoir masih mempunyai cadangan minyak, maka diperlakukan tenaga dorong
buatan untuk memproduksi minyak lebih besar (boros, salah)
b) Apabila suatu reservoir masihmempunyai cadangan minyak, diperlukan tenga dorong buatan untuk memproduksi munyak lebih besar. (salah)
c) Untuk mengksplorasi dan mengeksploitas munyak dan gas bumi di mana sebagai sumber devisa negaa diperlukan tenaga ahli yang terampil di bidang geologi dan perminyakan. (benar)
b) Apabila suatu reservoir masihmempunyai cadangan minyak, diperlukan tenga dorong buatan untuk memproduksi munyak lebih besar. (salah)
c) Untuk mengksplorasi dan mengeksploitas munyak dan gas bumi di mana sebagai sumber devisa negaa diperlukan tenaga ahli yang terampil di bidang geologi dan perminyakan. (benar)
M.Analogi
Di dalam dunia olahraga tertapat istilah petinju. Kata petinju berkorelasi dengan kata bertinju berarti ‘orang yang (biasa) bertinju’, bukan ‘orang yang (biasa ) meninju’.
Dewasa ini dapat dijumpai banyak kata yang sekelompok dengan petinju, seperti pesilat, petenis, pesenam dan lain-lain. Jika dilakukan demikian, akan teecipta bentukan seperti berikut ini
Petinju ‘orang yang bertinju’
Pesilat ‘orang yang bersilat’
Petenis ‘orang yang bertenis’
Pesenam ‘orang yang bersenam’
N.Bentuk Jamak dalam Bahasa Indonesia
Dalam pemakaian sehari-hari kadang-kadang orang salah menggunakan bentuk jamak bahsa Indonesia sehingga terjadi bentuk yang rancu atau kacau. Bentuk jamak dalam bahasa Indonesia dilakukan dengan cara sebagai berikut.
1)Bentuk jamak dengan melakukan pengulangan kata yang bersangkutan seperti
Kuda-kuda
Meja-meja
Buku-buku
2)Bentuk jamak dengan menambah kata bilangan seperti
Beberapa meja
Sekalian tamu
2.4 Ungkapan Idiomatik
Idiom berasal dari bahasa yunani, idios yang berarti khas, mandiri,
khusus atau pribadi. Menurut keraf (2005:109) yang disebut idiom adalah
pola-pola struktural yang menyimpang dari kaidah-kaidah bahasa yang umum,
biasanya berbentuk frasa, sedangkan artinya tidak dapat diterangkan secara
logis atau secara gramatikal, dengan bertumpu pada makna kata-kata yang
membentuknya.
Senada dengan pendapat di atas chaer
(2009: 74) mengemukakan bahwa idiom adalah satuan-satuan bahasa (bisa berupa
kata, frase, maupun kalimat) yang maknanya tidak dapat “diramalkan” dari makna
leksikal unsur-unsurnya maupun makna gramatikal satuan-satuan tersebut.
Selanjutnya chaer menyebutkan bahwa antara idiom, ungkapan dan metafora
sebenarnya mencakup objek pembicaraan yang kurang lebih sama, hanya segi
pandangnya yang berlainan. Menurut chaer dalam kamus ungkapannya (1997) perbedaan
antara idiom dengan yaitu, ungkapan
adalah istilah dalam retorika sedangkan idiom adalah istilah dalam bidang
semantik.
Djajasudarma (2009:20) mengungkapkan bahwa makna idiomatik adalah makna
leksikal yang terbentuk dari beberapa kata. Kata–kata yang disusun dengan
kombinasi kata lain dapat pula menghasilkan makna yang berlainan. Dengan kata
lain gabungan kata tersebut sudah memiliki makna tersendiri yang berlainan
dengan makna kata pembentuknya dan jika digabung dengan kata lain maka maknanya
akan berubah.
Alwasilah (1993:165) menyebutkan bahwa idiom adalah grup kata-kata yang
mempunyai makna tersendiri yang berbeda dari makna tiap kata dalam grup itu.
Senada dengan pendapat di atas, arifin (2009:53) menyatakan ungkapan idiomatik
adalah konstruksi yang khas pada suatu bahasa yang salah satu unsurnya tidak
dapat dihilangkan atau diganti. Ungkapan idiomatik adalah kata-kata yang
mempunyai sifat idiom yang tidak terkena kaidah ekonomi bahasa. Menurut dua
pendapat di atas, dapat kita ketahui bahwa idiom merupakan susunan yang khas
dalam sebuah bahasa dan mempunyai makna tersendiri yang berbeda dari makna kata
pembentuknya. Susunan kata satu dan lainnya dalam idiom saling melengkapi,
tidak dapat digantikan, dan tidak dapat dihilangkan.
Kridalaksana (2008:90) menyatakan bahwa idiom adalah 1. (a) konstruksi
dari unsur-unsur yang saling memilih, masing-masing anggota mempunyai makna
yang ada hanya karena bersama yang lain, (b) konstruksi yang maknanya tidak
sama dengan makna gabungan makna anggota-anggotanya. Contoh: kambing hitam dalam kalimat
dalam peristiwa kebakaran itu hansip menjadi kambing hitam padahal
mereka tidak tahu apa-apa. Di sini makna
kambing hitam secara keseluruhan tidak sama dengan kambing maupun hitam. 2.
(dianjurkan untuk didak dipakai) bahasa dan dialek yang khas menandai suatu
bangsa, suku, kelompok, dll. Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat
dilihat bahwa idiom mempunyai ciri-ciri:
1.
Merupakan satuan bahasa (bisa berupa kata, frase, maupun kalimat);
2.
Memiliki arti atau makna yang
khusus atau khas, unsur-unsurnya tidak dapat diganti atau dihilangkan, dan menyimpang dari makna lekiskal atau makna
gramatikalnya.
Idiom dibedakan menjadi dua yaitu, idiom penuh dan idiom sebagaian.
Idiom penuh adalah idiom yang semua unsurnya sudah melebur menjadi satu
kesatuan sehingga makna yang dimiliki berasal dari seluruh kesatuan itu.
Contohnya: banting tulang artinya ’bekerja keras’, meja hijau artinya
’pengadilan’. Sedangkan idiom sebagian adalah idiom yang salah satu unsurnya
masih memiliki makna leksikalnya sendiri. Contoh: daftar hitam artinya ’daftar
yang berisi nama-nama orang yang dicurigai atau dianggap bersalah’.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Diksi adalah pilihan kata. Maksudnya,
kita memilih kata yang tepat untuk menyatakan sesuatu. Pilihan kata merupakan
satu unsur sangat penting, baik dalam dunia karang-mengarang maupun dalam dunia
tutur setiap hari. Dalam memilih kata yang setepat-tepatnya untuk menyatakan
suatu maksud, kita tidak dapat lari dari kamus. Kamus memberikan suatu
ketepatan kepada kita tentang pemakaian kata-kata. Dalam hal ini, makna kata
yang tepatlah yang diperlukan. Kata yang tepat dapat membantu seseorang mengungkapkan
dengan tepat apa yang ingin disampaikannya, baik lisan maupun tulisan. Selain
itu, pemilihan kata itu juga harus sesuai dengan situasi dan tempat penggunaan
kata-kata itu.
Banyak ragam pembentukan kata dalam Bahasa
Indonesia. Sebagian besar kata dibentuk dengan cara menggabungkan beberapa
komponen yang berbeda. konsep dasar dan istilah seperti Afiks (imbuhan), Prefiks
(awalan), Konfiks (sirkumfiks / simulfiks) , Akhiran (sufiks/ sufix) , Kata turunan (kata jadian) .
Idiom dibedakan menjadi dua yaitu, idiom penuh dan idiom sebagaian.
Idiom penuh adalah idiom yang semua unsurnya sudah melebur menjadi satu
kesatuan sehingga makna yang dimiliki berasal dari seluruh kesatuan itu.
Contohnya: banting tulang artinya ’bekerja keras’, meja hijau artinya
’pengadilan’. Sedangkan idiom sebagian adalah idiom yang salah satu unsurnya
masih memiliki makna leksikalnya sendiri. Contoh: daftar hitam artinya ’daftar
yang berisi nama-nama orang yang dicurigai atau dianggap bersalah’.
3.2 Saran
Setelah baca ini sudah kewajiban kita untuk memahami sebagai pelajar
tentang pengertian Diksi,bagaimana proses pembentukan kata secara benar yang
bisa diterap kan di kehidupan sehari-hari dan memahami kesalahan pembentukan
dan pemilihan kata tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Heryati, Yeti, Cecep Wahyu, Enung K.
Rukianti, Heri Jauhari.2013. Bahasa Indonesia.
Bandung : BCM Digital Printing. hal. 48
http://dedimulyana96.blogspot.co.id/2015/03/makalah-diksi-pilihan-kata.html/
diakses
28 november 2015
Hs, Widiono. 2005. Bahasa Indonesia (Mata Kuliah Pengembangan
Kepribadian Di Peruruan Tinggi). :
PT. Gramedia Widiasarana
Heryati, Yeti, Cecep Wahyu, Enung K.
Rukianti, Heri Jauhari.2013. Bahasa Indonesia.
Bandung : BCM
Digital
Printing. hal. 45
http://dedimulyana96.blogspot.co.id/2015/03/makalah-diksi-pilihan-kata.html/
diakses
28 november 2015
Heryati, Yeti, Cecep Wahyu, Enung K.
Rukianti, Heri Jauhari.2013. Bahasa Indonesia.
Bandung : BCM
Digital
Printing. hal. 48
http://dedimulyana96.blogspot.co.id/2015/03/makalah-diksi-pilihan-kata.html/
diakses
28 november 2015
Heryati, Yeti, Cecep Wahyu, Enung K.
Rukianti, Heri Jauhari.2013. Bahasa Indonesia.
Bandung : BCM
Digital
Printing. hal. 50
http://dedimulyana96.blogspot.co.id/2015/03/makalah-diksi-pilihan-kata.html/
diakses
28 november 2015
Yandianto. 2001. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Bandung : M2Sl. 37
http://dedimulyana96.blogspot.co.id/2015/03/makalah-diksi-pilihan-kata.html/
diakses 28 november 2015
http://astutimulefa.blogspot.com/2010/03/diksi.html,diakses
dikutip astuti blogspots. Diakses 29
november 2015
https://7assalam9.wordpress.com/kesalahan-pembentukan-dan-pemilihan-kata/
di kutip 7assalam9
diakses 28 november 2015
diakses 29 november 2015
http://indodic.com/affixindo.html diakses 29 november 2015
0 comments:
Post a Comment